Senin, 25 April 2016

Pemuda dan Pengharapan perjuangan dalam Kristus


Buletin Pillar mengambil tema “Pemuda dan Gerakan Reformed Injili” pada tahun baru 2012. Sesuatu yang “Baru” menimbulkan pengharapan yang adalah jangkar bagi kehidupan dan elemen dasar kehidupan. Pengharapan yang benar akan memberikan kekuatan bagi kehidupan untuk melewati berbagai macam krisis. Ibrani menyatakan bahwa pengharapan di dalam Kristus adalah sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Sauh yang dilabuhkan sampai ke belakang tabir oleh Kristus di hadapan takhta Allah.[1] Kristus memberikan perjanjian yang baru, hidup yang baru, dan pengharapan yang baru. Yesus yang berumur delapan hari menjadi bentuk konkret dari keselamatan yang memberikan pengharapan dan dilihat oleh Simeon sebelum dia meninggal dengan tenang.[2] Pengharapan kekal mengantarkan setiap generasi pulang dengan tenang ke hadapan takhta Allah dan pengharapan kekal yang sama juga diteruskan di dalam sejarah untuk generasi berikutnya. Dan selama sejarah masih bergulir untuk menggenapkan kehendak Allah yang kekal, maka generasi demi generasi dalam sejarah Kerajaan Allah akan berestafet meneruskan sejarah Gereja. Sejarah Gereja diisi oleh para pahlawan iman dan hari depan Gereja berada di tangan para pemuda yang kelak akan menjadi pahlawan iman yang serupa.
Baik garis keturunan dalam keluarga, kaum buruh, profesional dan bos dalam masyarakat, maupun tampuk pemerintahan dalam kehidupan berbangsa, semuanya harus digeser oleh waktu dan diberikan kepada pemuda. Baik pihak yang tua maupun yang muda harus rela melakukan serah terima ini. Generasi tua harus rela menyerahkan segala beban dan tanggung jawab untuk diteruskan kepada yang muda dan generasi muda harus rela memikul tanggung jawab yang diembankan kepadanya. Proses waktu tidak memandang bulu apakah serah terimanya lancar atau tidak, generasi yang tua memberikan nasihat dan bimbingan atau tidak, generasi yang muda mempersiapkan diri atau tidak, pokoknya waktu akan terus bergulir dan tanggung jawab tiba di tangan pemuda menuju zaman yang baru. Karena itu pemuda merupakan fase hidup yang berada di dalam posisi krusial bagi pengharapan umat manusia suatu zaman.
Pemuda dan Zaman
Berbicara mengenai pemuda dan Gerakan Reformed Injili, kita tidak akan bisa lepas dari pembahasan tentang zaman. Mengapa? Karena pendiri Gerakan Reformed Injili mengaitkan zaman dan pemuda serta zaman dan Gerakan Reformed Injili dengan erat. “Pemuda dan Krisis Zaman”[3] menjadi buah pemikiran beliau tentang pemuda Kristen di zaman ini. Bagaimana kita sebagai seorang pemuda Kristen harus menegakkan identitas diri, menegakkan kepercayaan Kristen, menegakkan keyakinan, menegakkan arah zaman, menegakkan kualitas iman, menegakkan bobot hidup, dan menegakkan niat mempermuliakan Allah. Zaman yang terus bergulir tanpa memandang bulu berada di tangan pemuda-pemuda seperti ini. Jika para pemuda gagal atau lalai mengemban tugas dan misinya, bahkan tidak sadar akan misinya, maka zaman yang baru tidak memiliki pengharapan. Dan “Gerakan Reformed Injili? Apa dan Mengapa?”[4] menjadi buah pemikiran beliau tentang keberadaan gerakan di tengah zaman ini mulai dari motivasi, dasar, rencana dan pelaksanaan, serta arah ke depan. Gerakan yang berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya gerakan ini tidak mudah diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang transisi ini.[5] Dibutuhkan pemuda-pemuda yang cakap, kuat, dan mau untuk meneruskan gerakan ini. Pemuda yang cukup luas untuk menampung beban dan kesulitan dalam berbagai lapisan masyarakat untuk membawa terang Firman dan Injil di tengah-tengah dunia.
Apakah kita sebagai pemuda Kristen menyadari arah sejarah Gerakan Reformed Injili yang melawan arus yang tidak biasa yaitu arus gelombang transisi yang dahsyat? Dalam berbagai kesempatan[6], Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa manusia dibagi menjadi tiga jenis: mewarisi sejarah, menganalisis sejarah, dan mengubah sejarah. Apakah kita sudah mulai mengambil langkah untuk mempelajari sejarah? Atau justru kita melewatkan waktu yang lewat, memasukkan museum ke dalam museum, dan menyejarahkan sejarah itu sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Ibadah Rutin Persektor sekalingus aksi Sumbagan Sukarela dalam rangka kegiatan (MUA) KE-III IPM DK Wamena.

Pengurus IPM-DK Apresiasi setinggi tingginya dan sedalam dalamnya kpd Ketua Etiron Tabuni Sekertaris Nass Murib dan bendahara serta selur...