Buletin Pillar mengambil tema “Pemuda dan Gerakan Reformed
Injili” pada tahun baru 2012. Sesuatu yang “Baru” menimbulkan
pengharapan yang adalah jangkar bagi kehidupan dan elemen dasar
kehidupan. Pengharapan yang benar akan memberikan kekuatan bagi
kehidupan untuk melewati berbagai macam krisis. Ibrani menyatakan bahwa
pengharapan di dalam Kristus adalah sauh (jangkar) yang kuat dan aman
bagi jiwa kita. Sauh yang dilabuhkan sampai ke belakang tabir oleh
Kristus di hadapan takhta Allah.[1]
Kristus memberikan perjanjian yang baru, hidup yang baru, dan
pengharapan yang baru. Yesus yang berumur delapan hari menjadi bentuk
konkret dari keselamatan yang memberikan pengharapan dan dilihat oleh
Simeon sebelum dia meninggal dengan tenang.[2]
Pengharapan kekal mengantarkan setiap generasi pulang dengan tenang ke
hadapan takhta Allah dan pengharapan kekal yang sama juga diteruskan di
dalam sejarah untuk generasi berikutnya. Dan selama sejarah masih
bergulir untuk menggenapkan kehendak Allah yang kekal, maka generasi
demi generasi dalam sejarah Kerajaan Allah akan berestafet meneruskan
sejarah Gereja. Sejarah Gereja diisi oleh para pahlawan iman dan hari
depan Gereja berada di tangan para pemuda yang kelak akan menjadi
pahlawan iman yang serupa.
Baik garis keturunan dalam keluarga,
kaum buruh, profesional dan bos dalam masyarakat, maupun tampuk
pemerintahan dalam kehidupan berbangsa, semuanya harus digeser oleh
waktu dan diberikan kepada pemuda. Baik pihak yang tua maupun yang muda
harus rela melakukan serah terima ini. Generasi tua harus rela
menyerahkan segala beban dan tanggung jawab untuk diteruskan kepada yang
muda dan generasi muda harus rela memikul tanggung jawab yang
diembankan kepadanya. Proses waktu tidak memandang bulu apakah serah
terimanya lancar atau tidak, generasi yang tua memberikan nasihat dan
bimbingan atau tidak, generasi yang muda mempersiapkan diri atau tidak,
pokoknya waktu akan terus bergulir dan tanggung jawab tiba di tangan
pemuda menuju zaman yang baru. Karena itu pemuda merupakan fase hidup
yang berada di dalam posisi krusial bagi pengharapan umat manusia suatu
zaman.
Pemuda dan Zaman
Berbicara mengenai pemuda dan Gerakan Reformed Injili, kita tidak akan bisa lepas dari pembahasan tentang zaman. Mengapa? Karena pendiri Gerakan Reformed Injili mengaitkan zaman dan pemuda serta zaman dan Gerakan Reformed Injili dengan erat. “Pemuda dan Krisis Zaman”[3] menjadi buah pemikiran beliau tentang pemuda Kristen di zaman ini. Bagaimana kita sebagai seorang pemuda Kristen harus menegakkan identitas diri, menegakkan kepercayaan Kristen, menegakkan keyakinan, menegakkan arah zaman, menegakkan kualitas iman, menegakkan bobot hidup, dan menegakkan niat mempermuliakan Allah. Zaman yang terus bergulir tanpa memandang bulu berada di tangan pemuda-pemuda seperti ini. Jika para pemuda gagal atau lalai mengemban tugas dan misinya, bahkan tidak sadar akan misinya, maka zaman yang baru tidak memiliki pengharapan. Dan “Gerakan Reformed Injili? Apa dan Mengapa?”[4] menjadi buah pemikiran beliau tentang keberadaan gerakan di tengah zaman ini mulai dari motivasi, dasar, rencana dan pelaksanaan, serta arah ke depan. Gerakan yang berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya gerakan ini tidak mudah diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang transisi ini.[5] Dibutuhkan pemuda-pemuda yang cakap, kuat, dan mau untuk meneruskan gerakan ini. Pemuda yang cukup luas untuk menampung beban dan kesulitan dalam berbagai lapisan masyarakat untuk membawa terang Firman dan Injil di tengah-tengah dunia.
Berbicara mengenai pemuda dan Gerakan Reformed Injili, kita tidak akan bisa lepas dari pembahasan tentang zaman. Mengapa? Karena pendiri Gerakan Reformed Injili mengaitkan zaman dan pemuda serta zaman dan Gerakan Reformed Injili dengan erat. “Pemuda dan Krisis Zaman”[3] menjadi buah pemikiran beliau tentang pemuda Kristen di zaman ini. Bagaimana kita sebagai seorang pemuda Kristen harus menegakkan identitas diri, menegakkan kepercayaan Kristen, menegakkan keyakinan, menegakkan arah zaman, menegakkan kualitas iman, menegakkan bobot hidup, dan menegakkan niat mempermuliakan Allah. Zaman yang terus bergulir tanpa memandang bulu berada di tangan pemuda-pemuda seperti ini. Jika para pemuda gagal atau lalai mengemban tugas dan misinya, bahkan tidak sadar akan misinya, maka zaman yang baru tidak memiliki pengharapan. Dan “Gerakan Reformed Injili? Apa dan Mengapa?”[4] menjadi buah pemikiran beliau tentang keberadaan gerakan di tengah zaman ini mulai dari motivasi, dasar, rencana dan pelaksanaan, serta arah ke depan. Gerakan yang berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya gerakan ini tidak mudah diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang transisi ini.[5] Dibutuhkan pemuda-pemuda yang cakap, kuat, dan mau untuk meneruskan gerakan ini. Pemuda yang cukup luas untuk menampung beban dan kesulitan dalam berbagai lapisan masyarakat untuk membawa terang Firman dan Injil di tengah-tengah dunia.
Apakah kita sebagai pemuda Kristen
menyadari arah sejarah Gerakan Reformed Injili yang melawan arus yang
tidak biasa yaitu arus gelombang transisi yang dahsyat? Dalam berbagai
kesempatan[6], Pdt.
Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa manusia dibagi menjadi tiga jenis:
mewarisi sejarah, menganalisis sejarah, dan mengubah sejarah. Apakah
kita sudah mulai mengambil langkah untuk mempelajari sejarah? Atau
justru kita melewatkan waktu yang lewat, memasukkan museum ke dalam
museum, dan menyejarahkan sejarah itu sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar